GASTRITIS
I.Definisi
Gastritis adalah proses inflamasi pada lapisan mukosa
dan sub-mukosa lambung. Secara histopatologi dap[at dibuktikan dengan adanya
infiltrasi sel-sel radang pada daerah tersebut. Berdasarkan pada manipestasi
klinik, gastritis dapat dibagi menjadi akut dan kronik.
Gastritis
akut adalah implamasi akut mukosa lambung. Sedangkan gastritis kronik merupakan
impiltrasi sel-sel radang yang terjadi pada lamina propria dan daerah intra
efitelia terutama terdiri atas sel-sel radang kronik, yaitu sel-sel limposit
dan sel plasma.
II.
patofisiologi
II.a. Gastritis Akut.
masalah
gastritis belum diketqahui yang pasti terdapat gangguan keseimbangan pertahanan
mukosa lambung normal dengan sekresi asam lambung yang agresif.Faktor-faktor
yang amat penting adalah iskemia pada mukosa gaster, disamping paktor pepsin,
refluks empedu dan cairan pancreas.
Aspirin dan
anti implamasi non steroid merusak mukosa lambung melalui beberapa mekanisme.
Obat-obat ini dapat menghambat aktifitas siklooksigenase mukosa. Siklooksigenase
merupakan enzim yang penting untuk pembentukan prostaglandin dari asam
arakidonat. Prostaglandin mukosa merupakan salah satu factor defensip mukosa
lambung yang amat penting. Selain menghambat produksi prostaglanding mukosa,
aspirin dan obat anti implamasi nonsteroid dapat merusak mukosa secara
tropical. Kerusakan tropical terjadi karena kandungan asam dalam obat tersebut bersifat
korosit sehingga dapat merusak sel-sel efitel mukosa. Pemberian aspirin dan
obat anti implamasi non steroid dapat juga menurunka sekresi bikarbonat dan
mucus oloeh lambung sehingga kemampuan factor defensive terganggu.
II.b. gastritis Kronik.
Gastritis
kronis dapat diklasifikasikan secara histology dan secara anatomi.secara
histologi dibagi dalam empat klasifikasi yaitu:
- Gastritis super pisialis apabila dijumpai sel-sel radang kronik terbetas pada lamina propria mukosa superpisial dan edema yang memisahkan kelenjar-
kelenjar mukosa,
sedangkan sel-sel kelenjar tetap utuh sering dikatakan gasrttritis keronis
superpisialis merupakan permulaan gastritis kronis.
- Gastritis kronis atropik sebukan sel-sel radang kronik menyebar lebih dalam disertai dengan distorsi dan destruksi selkelenjar mukosa lebih nyata dan dianggap sebagai kelanjutan gastritis kronik superficial.
- Atrofi lambung dianggap merupakan stadium akhir gastritis kronik. Pada saat itu stuktur kelenjar menghilang dan terpisah satu sama lain secara nyata dengan jaringan ikat, sedangkan sebukan sel-sel radang menurun. Mukosa menjadi sangat tipis sehingga pembulu darah menjadi terlihat pada pemeriksaan endoskopi.
- Metaplasia intestinal, suatu perubahan histologis kelenjar-kelenjar mukosa lambung menjadi kelenjar-kelenjar mukosa usus halus yang mengandung sel goblet.
Secara anatomis,gastritis kronik dapat dibagi
menjadi:
a. gastritis kronik korpus sering juga
disebut gastritis tipe A Perebahan-perubahan histology terjadi terutama pada
korpus dan pundus lambung. Gastritis tipe A sering dihubungkan dengan proses
auto imun, dan lanjut menjadi anemia pernisiosa. Sel parietal yang mengandung
kelenjar mengalami kerusakan sehingga sekresi asam lambung menurun.dan
menyebabkan gangguan absorbsi vitamin B12 yang menimbulkan anemia pernisiosa.
b. Gastritis kronik antrum. Disebut
sebagai gastritis tipe B gastritis tipe ini mempunyai hubungan dengan kuman
Helicobacter pylori.
c. Gastritis tipe AB merupakn gastritis
kronik yang distribusi anatominya menyebar keseluruh gaster. Penyebaran ke arah
korpus cenderung meingkat dengan bertambahnya usia.
lll. ETIOLOGI
lll.a. gastritis akut.
Gastritis
akut dapat terjadi tampa
diketahui penyebanya, tetapi diduga paktor predis posisinya dapat disebabkan
oleh diet yang semberono, makan yang terlalu banyak, makan yang terlalu cepat,
makan makanan yang terlalu berbumbu, atau makanan yang mengandung
mikroorganisme penyebab penyakit. Penyebab lain dapat mencakup alcohol,
aspirin, refluks empedu atau trapi radiasi. Bentuk terberat dari gastritis akut
disebabkan oleh mencerna asam atau alkali kuat yang dapat menyebabkan mukosa
lambung menjadi ganggreng atau
perforasi.Keadaan klinis yang sering menimbulkan gastritis erosive misalnya
trauma yang luas operasi besar,
gagal ginjal, gagal napas, penyakit
hati yang berat, renjatan, luka baker yang luas, trauma kepala dan septicemia.
lll.b. Gastritis Kronis.
Etiologi
Gastritis kronik yaitu aspek imunologis
dan aspek bakteriologis (Helicobacter Pylori).
Hubungan
antara system imun dengan gastritis kronik dapat dilihat dengan ditemukannya
autoantibody terhadap paktor intrinsic lambung.dan sel pariental.pada pasien
anemia pernisiosa.
lV. Manipestasi klinis.
Gejala
klinis pada pasien gastritis dapat mengalami mual, muntah, nyeri uluhati, anoreksia,
Ulserasi superficial dan mengarah pada hemoragi, sakit kepala, lesu, cegukan,
rasa asam dalam mulut, sendawah.
V. Evaluasi diagnostic.
Evaluasi
diagnostic dapat ditegakkan dengan pemeriksaan gastroideudoneskopi,gastroskopi,
endoskopi, pemeriksaan sinar x gastro intestinal atas, pemeriksaan histologis.
Tes serologis digunakan untuk mendeteksi H. Pylori.
VI. Penata laksanaan
VI.a. gastritis akut.
- Pantang minum alcohol dan makan makanan sampai gejala menghilang, ubah menjadi diit yang tidak mengiritasi.
- Jika gejala menetap mungki diperlukan cairan intra vena
- Jika gastritis terjadi akibat menelan asam kuat atau alkali encerkan dan netralkan asam dengan antasida umum seperti aluminuium hidroksida, untuk menetralisasi alkali gunakan jus lemon encer atau cuka encer.
- Jika korosi parah, hindari emetic dan bilas lambung karena bahaya perforasi.
VI.b. gastritis kronik.
- Memodifikasi diet pasien.
- Meningkatkan isrtirahat
- Mengurangi stress.
- Memulai farmakoterapi
- H.Pylori dapat di atasi dengan antibiotic ( tetra ciclin, metronidasol, klaritromisin dan amoxisilin).
VII. Proses keperawatan.
a. Pengkajian.
Pada tahap pengkajian perawat perlu menanyakan
kepada klien antara lain:
1. Apakah pasien mengalami nyeri
uluhati, mual, muntah dan tidak dapat makan.
2. apakah gejala terjadi pada waktu
kapan saja, sebelum atau sesufdah makan, setelah mencerna makanan pedas, atau
pengiritasi, atau setelah mencerna obat tertentu atau alcohol.
3. Apakah gejala berhubungan dengan
ansetas, stress, alergi, makan atau minum terlalu banyak atau makan terlalu
cepat.
4. tanyakan bagaimana gejala hilang.
5. adakah riwayat penyakit lambung
sebelumnya atau pembedahan lambung
6. apakah ada keluarga yang mempunyai
gejala serupa dengan klien.
7. apakah pasien memuntahkan darah.
b. Diagnosa keperawatan.
1. Ansietas berhubungan degan
pengobatan.
2. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan intake yang tidak adekuat.
3. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan intake yang
tidak adekuat, muntah.
4. kurang pengetahuan tentang penatalaksanaan
diet dan proses penyakit.
5. Nyeri berhubungan dengan iritasi
mukosa lambung.
c. Intervensi
Tujuan
utama asuhan keperawatan pada klien
gastritis ialah untuk mengurangi ansietas, menghindari makanan pengiritasi dan
menjamin masukan nutrisi adekuat, mempertahankan keseimbangan cairan,
meningkatkan kesadaran tentang penatalaksanaan diet, dan menghilangkan nyeri.
1. Ansietas.
a. Berikan terapi pendukung pada pasien
dan keluarga selama pengobatan dan setelah mencerna asam atau alkali yang telah
di netralisasi atau di encerkan
b. Siapkan pasien untuk pemeriksaan
diagnostic (endoskopi) atau pembedahan.
c. Beri penjelasan kepada klien dan
keluarga tentang prosedur tindakan dan pengobatan .
2. Nutrisi.
a. Beri dukungan fisik dan emosi dan
Bantu klien dalam menghadapi gejala.
b. Beri penjelasan kepada klien untuk tidak makan dan minum sampai gejala
akut berkurang.
c. Berikan terapi intra vena bila di perlukan.
d. Pantau terapi intra vena.
e. Berikan makanan yang tidak
mengiritasi bila gejala berkurang
f. Evaluasi dan laporkan gejala yang
timbul setelah pemberian makanan.
g. Hindarkan makanan dan minuman yang
dapat mengiritasi mukosa lambung
3. Keseimbangan cairan.
a. pantau masukan dan haluaran setiap
hari.
b. Berikan cairan intra vena bila
perlukan
c. Pantau tanda-tanda vital klien
sesuai kebutuhan dan kondisi klien.
4. nyeri
a. Intruksikan kepada klien untuk
menghindari makanan dan minuman yang dapat mengiritasi mukosa lambung.
b. Kaji tingkat nyeri dan kenyamanan
klien.
c. Berikan analgetik sesuai indikasi.
d. Kaji TTV klien
5. Pengetahuan
a. Evaluasi pengetahuan klien tentang
gastritik.
b. Beri penjelasan kepada klien dan
keluarga tentang diit klien
c. Beri klien atau keluarga daftar
zat-zat yang harus di hindari.
d. evaluasi
hasil yang diharapkan antara lain:
- menunjukkan pberkurannya ansietas.
- menghindari makan makanan pengiritasi atau minuma yang mengandung kapein atau alcohol.
- mempertahankan keseibangan cairan.
- mentoleransi terapi intra vena sedikitnya 1,5 liter setiap hari.
- Minum 6-8 gelas air setiap hari.
- Mempunyai haluaran urin kira-kira 1 litewr setiap hari.
- Menunjukkan turgor kulit yang adekuat.
- memmatuhi program pengobatan.
- memilih makanan dan minuman bukan pengiritasi.
- Menggunakan obat-obatan sesuai indikasi.
- melaporkan nyeri berkurang.
PEMBAHASAN KASUS
1. DATA DEMOGRAFI.
a. Biodata
Nama
Usia
Tempat,tanggal lahir
Jenis kelamin
Anak ke
Nama ayah
Nama ibu
Pendidikan ayah
Pendidikan ibu
Agama
Suku/bangsa
Alamat
Tanggal masuk
Diagnosa medis
Sumber imformasi
|
:An. S
:14 thn
:Makassar,
19 agustus 1991
:Laki-laki
:2
:Usman
:Rina
:S1
:SMA
:Islam
:Makassar
:Tanjung bira no 12
:17 januari 2005
:Gastritis
:-
|
II. Riwayat keperawatan.
1. Keluhan Utama: Nyeri
epigastrium, mual muntah
2. Riwayat keperawatan
sekarang
2.1.Riwayat Keluhan utama
2.2. Lama keluhan
2.3. Akibat timbulnya keluhan
2.4. Factor yang memperberat
2.5. Upaya untuk mengatasi
2.6. lainnya
|
Keadaan ini dialami 2 hari sebelum
masuk rumah sakit, muntah lebih dari 3 x berisi sisa-sisa makanan, nafsu
makan menurun, Nyeri efigastrium tetapi tidak terus menerus hanya dirasakan
ketika klien banyak bergerak, klien merasa lemas dan ketika berdiri terasa
pusing.
2 hari
Makan makanan pedis dan berminyak
Pola makan yang tidak teratur
Mengkomsumsi promag
-
|
3. Riwayat keperawatan
sebelumnya:
3.1. (1). Prenatal
(2). Natal
(3). Post natal
3.2. Luka operasi
3.3. Alergi
3.4. Pola kebiasaan
3.5. Tumbuh kembang
3.6. Imunisasi
3.7. Status gizi
3.8. psikososial
3.9. interaksi
|
Baik
Baik
Baik
Tidak ada
Tidak ada
-
Baik
Teratur
Baik
Baik
Baik
|
4. riwayat genogram
|
||||||||||||||||||||||||
Keterangan:
: Laki-laki /Perempuan
: Meninggal
: Klien
III.
Pemeriksaan fisik.
1)
Keadaan umum klien
2)
Kepala
3)
Kulit
4)
Mata
5)
Telinga
6)
Hidung
7)
Mulut
8)
Leher
9)
Dada dan paru-paru
10)
Jantung
11)
Abdomen
|
Ekspresi wajah klien nampak cemas,
ekspresi meringis bila nyeri menyerang dan bila daerah epigastrium ditekan.
Kebutuhan aktivitas dilakukan di tempat tidur.
kulit kepala bersih rambut tidak
mudah tercabut, tidak terdapat massa,tidak
ada nyeri tekan pada
kepala, klien merasa pusing,
penyebaran rambut merata dan teratur.
Kulit kering, tuirgor kulit bagus,
tidak ada lesi pada kulit, warna kulit sawo matang
Gerakan bola mata dapat mengikuti
gerakan jari perawat, tidak ada peradangan, tidak ada penonjolan bola mata,
konjuntiva tidak anemi, reaksi pupil
mengecil jika terkena cahaya
Kemampuan mendengar
klien baik, tidakl ada serumen, simetris kiri dan kanan, tidak ada infeksi, tidak ada nyeri
tekan
Klien dapat membedakan bau, simetris kiri
dan kanan, tidak ada peradangan pada hidung,
tidak ada nyeri tekan, tidak teraba massa.
produksi saliva normal, fungsi
mengunyah baik, fungsi mengecap baik, lidah tampak kotor, tidak ada
pembengkakan pada daerah mulut.
Tidak ada pembesaran pada
kkelenjar tiroid, tidak teraba massa
pada leher, tidak ada pembesaran pada kelenjar limfe, tidak ada peninggian
pada vena jugularis
Bentuk dada normal, frekuensi
napas 17x/mnt, mengikuti gerak napas, dada
simetris kiri dan kanan,
tidak ada nyeri tekan. Bunyi nafas normal.
Denyut apeks teraba pada ics 4-5,
bunyi jantung normal,tidak ada bisin g jantung.
Simetris kiri dan kanan, tidak terdapat massa dan pembesaran, nyeri tekan
epigastrium, peristaltic 25 x/mnt, tidak ada nyeri tekan pada kandung kemih, tidak terdapat pembesaran hepar.
Tidak terdapat udema, tidak ada
nyeri tekan, tidak ada kelainan tulang.
|
DATA FOKUS
Data Subjektif
|
Data Objektif
|
i.
Klien mengatakan nyeri epigastrium tetapi tidak terus menerus
ii. Klien mrngatakan kurang nafsu
makan
iii. Klien mengeluh kepala pusing jika
berdiri
iv. Klien mengatakan badan terasa
lemah.
v. Klien mengatakan mual muntah lebih
dari 3 x berisi sisa makanan.
vi. Klien mengatakan kurang nafsu
makan.
vii. Klien mengatakan nyeri bertambah
bila banyak bergerak.
viii. Klien mengatakan badan lemas.
|
i. Klien nampak lemah.
ii.Ekspresi wajah meringis.
iii.Porsi makan tidak dihabiskan.
iv.
Nyeri tekan pada daerah epigastrium.
iv. ADL dibantu.
v.
v Tanda-tanda
vital:
TD = 100/70
mmHg
Napas = 17 x/mnt
Nadi =
80 x/mnt
Suhu = 36,5 C
|
ANALISA DATA
NO
|
DATA
|
ETIOLOGI
|
MASALAH
|
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
1
2.
3..
|
DS:
- Klien mengatakan nyeri ulu hati.
- Klien mengatakan nyeri bertambah
bila banyak bergerak.
DO:
- Ekspresi wajah meringis.
- Enyeri tekan pada daerah
epigastrium.
- TTD :
TD = 100/70 mmHg
Napas = 17 x/mnt
Nadi
= 80 x/mnt
Suhu
= 36,5 C
DS
- KLien
mengatakan mual muntah lebih dari 3 x
berisi sisa makanan
-Klien
mengatakan nafsu makan menurun
DO :
- Klien nampak lemah,
- Porsi makan tidak dihabiskan
DS :
-Klien mengatakan badan terasa
lemah
-Klien
mengatakan kepala pusing ketika berdiri
DO :
- Klien nampak lemah
- ADL dibantu
|
Makanan tidak teratur
Asam lambung
Iritasi mukosa lambung
Merangsang pengeluaran zat
radikinin, histamine dan serotin.
Dihantar ketalamus
Korteks serebri-
Nyeri
Makanan tidak teratur
Asam lambung
Iritasi mukosa lambung
Merangsang medulla
Mual-muntah
Intake tidak adekuat
Nutrisi kurang dari kebutuhan
Intake tidak adekuat
Energi kurang
Kelemasan fisik
Intoleransi aktivitas
|
Nyeri
Nutrisi kurang dari kebutuhan
Intoleransi aktivitas
|